kabarita.com-Ketua DPRD Sumbar Supardi mengajak para ninik mamak untuk menyokong penggalian potensi nagari. Setiap nagari, menurut Supardi, memiliki potensi yang mampu mengangkat nama nagari itu dan kemudian secara simultan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dan nagari tersebut. Hal ini menurut dia amat penting untuk dilakukan mengingat angka pengangguran di Sumbar semakin tinggi pasca pandemi covid. Selain juga fakta melambatnya pertumbuhan ekonomi Sumbar berdasarkan data Bank Indonesia, yakni nomor 9 dari 10 Provinsi di Sumatera.
“Saya yakin dan percaya semua nagari punya potensi masing-masing. Mari kita seriusi penggarapannya. Ini bisa jadi bekal untuk anak-anak kita,” ujar Supardi saat menjadi pembicara dalam acara Workshop ‘Menggali Potensi Nagari Untuk Merancang Sebuah Festival’, Minggu (25/6) di Hotel Pusako, Bukittinggi. Hadir sebagai peserta workshop tersebut para ninik mamak Payakumbuh dan Limapuluh Kota.
Acara tersebut diselenggarkan Dinas Kebudayaan Sumbar dengan menggunakan dana pokok pikiran Supardi sebagai wakil rakyat. Supardi memparkan potensi masing-masing nagari berbeda-beda. Ada yang memiliki potensi alam ada pula yang non alam. Misalnya seperti potensi ragam kuliner hingga potensi alam yang bisa dikembangkan menjadi potensi wisata. “Salah satunya potensi alam nagari Maek, Limapuluh Kota. Di sana ada menhir yang saya duga sudah berusia jauh sebelum masehi. UGM sudah meneliti tengkorak manusia yang ditemukan di sana.
Ini bisa menjadi wisata peradaban yang akan dilirik seluruh orang di dunia,” ujarnya. Supardi menegaskan, menggali potensi nagari adalah upaya untuk menyelamatkan bukan hanya generasi saat ini, namun juga generasi muda.”Ketika potensi nagari itu berkembang maka pertumbuhan ekonomi masyarakatnya akan ikut maju. Jumlah pengangguran pun akan sedikit karena banyak peluang yang bisa dikerjakan anak cucu kita nanti,” paparnya. Dia mengatakan, jika nagari masing-masing memiliki potensi yang sudah serius digarap maka akan semakin sedikit generasi muda yang memilih merantau meninggalkan kampung halaman. Mereka akan lebih memilih untuk mengerjakan banyak hal di kampung sendiri.
“Merantau memang bagus, namun tidak bisa kita pungkiri resikonya juga banyak. Contohnya ketika covid, banyak perantau kehilangan pekerjaan, kehilangan mata pencaharian lalu pulang ke kampung,” paparnya lagi. Selain itu, tambah dia, banyak hal yang bisa jadi merusak moral generasi muda di rantau dan kemudian ketika mereka pulang ke kampung halaman hal itu ditularkan pada yang masih ada di kampung. “Salah satunya seperti LGBT. Ini sudah ada penelitian, tak sedikit di Sumbar yang memiliki perilaku LGBT,” ujarnya. Supardi menjelaskan menjaga generasi muda adalah budaya urang Minang, bahkan juga menjadi hal yang diamanatkan dalam Alquran.
“Yakni janganlah kamu meninggalkan generasi yang terbelakang. Sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga generasi muda kita,” tegasnya. Supardi mengatakan semakin berkembangnya zaman saat ini, membuat semakin banyak pula hal yang bisa merusak generasi muda, selain LGBT, ada Napza, narkoba, penyalahgunaan lem, hingga pengaruh buruk teknologi serta gadget yang membuat candu. “Semua ini menjadi PR bagi kita semua untuk menjaga generasi muda kita dari pengaruh buruk tersebut,” katanya lagi.
Bahkan dari data yang dirinya terima, kata Supardi, di Payakumbuh Limapuluh Kota banyak anak muda yang menghisap lem. “Ini sangat berbahaya, merusak otak dan juga mental mereka,” katanya lagi. Selain acara workshop di Hotel Pusako tersebut, juga digelar kegiatan yang sama di Hotel Campago, Bukittinggi. Di hotel Campago Supardi menjadi pembicara di depan para peserta yang merupakan sanggar-sanggar di Payakumbuh dan Limapuluh Kota.